SELAYANG PANDANG KOTA PALOPO

Kota Palopo yang ditingkatkan statusnya menjadi kota otonom berdasarkan UU No. 11/2002, dalam mengefektifkan laju dan gerak pembangunan mengusung visi "sebagai salah satu Kota Pelayanan Jasa Terbaik di Kawasan Indonesia Timur Indonesia", berpijak pada keinginan menjadikan Kota Palopo sebagai pusat pelayanan maka pemerintah menuangkannya dalam Strategi Kota 7 Dimensi (The City of Seven Dimension) yaitu : Kota Religi, Kota Pendidikan, Kota Olahraga/Kesehatan, Kota Adat/Budaya, Kota Dagang, Kota Industri dan Kota Pariwisata.

Letak geografis yang strategis dengan dukungan daerah hinterland, membuka peluang Palopo menjadi pusat distribusi dan perputaran ekonomi serta menjadi gateway untuk memasuki bagian utara Pulau Sulawesi.

Kota Palopo yang berada di jantung Pulau Sulawesi saat ini bisa diakses melalui tiga jalur transportasi. Yakni, transportasi darat dari tiga penjuru, yakni gerbang utama di sebelah Selatan dari Kota Makassar, sebelah Barat dari Kabupaten Tana Toraja dan sebelah Utara dari Kabupaten Luwu Utara. Transportasi laut melalui Pelabuhan Tanjung Ringgit. Dan saat inipun Kota Palopo dapat diakses melalui dua bandara perintis yaitu Bandara A. Djemma di Masamba dan Bandara Lagaligo di Bua.

Kota Palopo yang memiliki tiga matra lingkungan yaitu pegunungan darat dan laut memiliki kesuburan serta pesona eksotis sehingga secara ekonomis dapat dikelola untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, dilain sisi keunggulan geografis tersebut dapat menjadi peluang untuk dikembangkannya pariwisata.



KONDISI UMUM KOTA PALOPO

Secara geografis Kota Palopo terletak antara 2.53'15" - 3.04'08" Lintang Selatan dan 120.03'10" - 120.14'34" Bujur Timur, dengan luas wilayah administrasi sekitar 247,52 kilometer persegi atau sama dengan 0,39% dari luas wilayah Propinsi Sulawesi Selatan.

Sebagian besar wilayah Kota Palopo merupakan dataran rendah, yaitu sekitar 62,85% dari luas wilayah, dengan ketinggian 0-500 meter di atas permukaan laut (mdpl). Daerah ini merupakan kawasan pesisir pantai yang terletak di bagian Timur Kota Palopo. Selain itu, sekitar 24,76% wilayah Palopo terletak pada ketinggian 501-1000 mdpl, dan selebihnya sekitar 12,39% terletak di atas ketinggian lebih dari 1000 mdpl.

Pertengahan 2006 lalu, pemerintah Kota Palopo memekarkan wilayahnya menjadi 9 kecamatan dan 48 kelurahan. Yaitu, Kecamatan Wara, Wara Selatan, Wara Timur, Wara Barat, Wara Utara , Mungkajang, Telluwanua, Sendana dan Bara. Kecamatan paling selatan Kota Palopo adalah Wara Selatan, dengan jumlah penduduk 8.034 jiwa atau sekitar 1.722 kepala keluarga (KK). Wilayah Wara Selatan terganti dalam empat kelurahan yaitu Sampoddo, Takkalala, Songka dan Binturu.

Kecamatan Wara berpenduduk 24.030 jiwa atau sekitar 5.679 kepala keluarga (KK). Wara terletak di tengah-tengah Kota Palopo. Dimana wilayahnya dibagi dalam enam kelurahan, yaitu Tompotikka, Amassangan, Pajalesang, Dangerakko, Boting dan Lagaligo.

Wara Timur merupakan salah satu kecamatan pemekaran dari Wara. Kecamatan ini terbagi dalam tujuh Kelurahan, yaitu Kelurahan Benteng, Malatunrun, Surutanga, Salekoe, Ponjalae, Salotellue, dan Pontap. Kecamatan yang terletak di daerah pesisir pantai ini, merupakan kecamatan dengan penduduk terbanyak yaitu 24.981 jiwa.

Kecamatan Wara Utara persisi di sebelah utara Kecamatan Wara Timur. Kecamatan ini berpenduduk 18.116 jiwa atau sekitar 3.972 KK yang bermukim di enam Kelurahan, yaitu Batupasi, Sabbamparu, Penggoli, Luminda, Salobulo dan Patte'ne.

Selanjutnya Kecamatan Bara dengan jumlah penduduk 19.661 jiwa atau sekitar 4.312 KK. Kecamatan pemekaran Wara Utara ini terbagi lima Kelurahan, yaitu Temmalebba, Balandai, Rampoang, To'bulung dan Buntudatu.

Sementara Kecamatan yang berada di kawasan paling utara Kota Palopo adalah Telluwanua. Kecamatan Telluwanua berpenduduk 12.056 jiwa atau sekitar 2.484 jiwa yang tersebar di tujuh kelurahan, yaitu Mancani, Batu Walenrang, Maroanging, Pentojangan Jaya, Salubattang, dan Sumarambu.

Kecamatan Wara Barat terletak di sebelah barat Palopo. Kawasan Wara Barat yang berada di dataran tinggi ini terbagi dalam lima kelurahan, yaitu Battang, Battang Barat, Tamarundung, Lebang dan Padang Lambe. Kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Tana Toraja ini berpenduduk 9.258 jiwa atau sekitar 2.008 KK.

Kecamatan Mungkajang terbagi empat Kelurahan, yaitu Mungkajang, Murante, Latuppa dan Kambo. Jumlah penduduk yang bermukim di daerah ini adalah 6.749 jiwa atau sekitar 1.427 KK.

Terakhir, kecamatan Sendana yang merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit, hanya 5.750 jiwa atau sekitar 1.314 jiwa. Mereka bermukim di empat kelurahan, yaitu Peta, Purangi, Mawa dan Sendana.


PROSPEK EKONOMI

Geliat pertumbuhan ekonomi di Kota Palopo semakin menunjukkan perkembangan pesat. Kurun waktu 2007 saja, sejumlah investor tertarik menanamkan investasinya. Hal ini bisa dilihat dengan masuknya beberapa perusahaan besar. Sebut misalnya Kentucky Fried Cicken. Sebuah waralaba berlisensi Amerika Serikat. Bukan hanya itu, waralaba lainnya seperti Dobby Burger, turut menanam investasinya di kota idaman ini.

Belum lagi keberadaan Kawasan Industri Palopo (KIPA), sebagai upaya membuka peluang pelaku ekonomi tuk mengembangkan sayap dengan berinvestasi di dalamnya. Pemerintah Kota Palopo terus berupaya membuka ruang-ruang siklus ekonomi, dengan melihat kebutuhan pasar saat ini.

Sementara pergerakan ekonomi masyarakat, semakin terpenuhi dengan terbangunnya Pusat Niaga Palopo (PNP), Luwu Plaza dan Pasar Tradisional Andi Tadda. Ditambah lagi kehadiran swalayan yang terus bertebaran turut menjadi bukti betapa aliran ekonomi di Kota Palopo terus mengalir.

Perkembangan ekonomi ini, tentunya tidak terlepas dari dukungan sarana dan prasarana yang ada. Khusus pelayanan ekonomi dan pariwisata, keberadaan Pelabuhan Tanjung Ringgit Palopo, menjadi dukungan terbesar. Yang diharapkan kedepan, Palopo menjadi daerah terbesar dalam pelayanan jasa di Kawasan Timur Indonesia (KTI).

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

OBJEK WISATA DAN SITUS SEJARAH

MASJID JAMI TUA
Mesjid_Jami_Palopo
Terletak di jalan Andi Machulau. Didirikan tahun 1604 oleh Fung Man Te. Masjid Jami Tua beratap daun Sirap dan ditopang 1 tiang besar yang terbuat dari kayu jenis Cina Gurih, bersama 4 tiang kecil lainnya. Tian besar ini bersegi 12, dengan tinggi 8,50 meter. Memiliki jendela besar sebanyak 20 buah.

GUA KALO’K DEWATA
Di zaman penjajahan, gua ini dijadikan sebagai benteng pertahanan para pejuang kemerdekaan dari serangan para tentara Jepang dan Koloni Belanda. Letaknya di Kelurahan Battang Kecamatan Wara Barat kilometer 12 arah Palopo-Toraja.
Di dalamnya terdapat sebuah lubang dengan kedalaman sekitar 30 meter. Meski minim stalaktit dan stalakmit, Kalo’k Dewata menyimpan pesona wisata yang cukup menarik untuk ditelusuri.

MAKAM LOKKO’E
lokkoe[1]
Salah satu situs sejarah di Kota Palopo. Makam ini dibangun Setiaraja disebut Lokko’E, merupakan makam utama. Beberapa mendiang raja-raja (Pajung) Luwu dimakamkan di sini. Antara lain Latenripepang, Sultan Abdullah Pattiware, Petta Matinroe ri Sabbamparu (raja XXVII), Daeng Mabarao’e (Putra mahkota raja XXVIII) dan Andi Jellin (raja XXXV).
Selain raja, di dalam Lokko’e terdapat pula makam Cenning (orang kesayangan) dan permaisuri raja.

MAKAM BELANDA
Merupakan tempat pemakaman orang-orang Belanda terdahulu, bentuk nisan yang nampak sudah sangat tua menandakan usia makam tersebut sudah berabad-abad lamanya. Lokasinya berada di wilayah Kelurahan Balandai dan berada pada posisi poros jalan utama Kota Palopo.

MUSEUM BATARA GURU
Museum2[1]
Museum ini berdampingan dengan Istana Kerajaan Luwu. Bangunannya berarsitektur ala Eropa. Di dalamnya menyimpan benda-benda pribadi dan peralatan yang pernah digunakan raja-raja Luwu. Berbagai benda antik digelar seperti keramik, peralatan dan perlengkapan upacara adat. Termasuk benda-benda pusaka zaman kerajaan, berupa tongkat bercabang dua, trisula, keris serta benda-benda bersejarah lainnya.

PELABUHAN TANJUNG RINGGIT
Pelabuhan Tanjung Ringgit
Selain sebagai sarana tempat berlabuhnya kapal-kapal, pelabuhan ini dibangun juga dengan tujuan sebagai sarana rekreasi. Saban hari disesaki pengunjung. Ada yang datang menyalurkan hobi mancing, mandi dan adapula yang sekedar jalan-jalan sambil menikmati panoramanya.
Terletak di jalan Yos Sudarso. Di sepanjang dermaga, tepatnya arah selatan, berderet warung-warung kecil yang menyajikan aneka makanan dan minuman.


PANTAI LABOMBO
labombo
Berada di pusat kota. Sebuah suguhan panorama wisata bahari yang menawan. Sepanjang kawasan pantai dipenuhi barisan pohon kelapa dan beberapa gazebo terbangun indah. Selepas mata memandang, tampak birunya laut dan tempat pelelangan ikan (TPI) dan Pelabuhan Tanjung Ringgit terlihat jelas. Sarana rekereasi wisata bahari ini memiliki luas sekitar 2 Ha dan menjadi kawasan wisata andalan Palopo.


BUKIT SAMPODDO

74sampoddo' kota-palopo
Berada di daerah ketinggian, merupakan wilayah perbatasan Kota Palopo dan Kabupaten Luwu. Nuansa pegunungan dengan hawa sejuk begitu kental terasa. Di kiri-kanan jalan yang berkelok, barisan pohon jati tumbuh menjulang. Rumput-rumput hijau dan pot-pot bunga tertata rapi di sepanjang jalur perjalanan. Di sepanjang jalan, puluhan kedai berjejer menawarkan jagung rebus-bakar.


LATUPPA’
Foto0713
Kawasan pariwisata agrowisata. Berhawa sejuk bernuansa pegunungan. Berada di ketinggian sekitar 200 meter dari permukaan laut. Latuppa’ dikenal sebagai penghasil buah-buahan, terutama durian dan rambutan. Kawasan ini juga menjadi dan sumber mata air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Palopo.

BAMBALU
Masuk di wilayah Battang Barat. Daerah ini dikenal dengan air terjun dan puluhan air sungai. Satu dari sekian banyak objek wisata pegunungan yang mendapat kunjungan paling banyak setiap minggunya. Di sepanjang perjalanan, ngarai dan lembah terlihat jelas di kelilingi pegunungan di sisi kiri-kanannya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS